Kamis, 29 Juli 2010

Sejuta dukungan untuk Vika, Ajeng dan Mirna



Mungkin di belahan dunia lain, ketika orang-orang ramai memperbincangkan Sinta dan Jojo, saya lebih tertarik membicarakan 3 makhluk belasan tahun ini.Ketiganya adalah murid-murid madrasah tsanawiyah attaqwa 03. Ketiga siswi ini adalah orang-orang yang hebat menurut saya: Vika yang kehilangan ibunya sejak kelas 6 SD, Ajeng yang, meski kedua orang tuanya masih ada, tidak pernah mau lagi menemuinya lagi, dan Mirna sudah berberapa tahun ini ayahnya menderita stroke. Mereka yang baru berusia 12 tahunan sudah mengalami cobaan seperti itu. Mereka saya anggap hebat,karena mereka bisa menjalani hari-harinya tanpa kasih sayang penuh kedua orang tuanya. Sebagai guru saya banyak belajar dari kehidupan mereka. Juga teman-temannya banyak belajar dari kehidupan mereka bertiga.
Terkadang kita suka berprasangka jelek kepada anak-anak yang tiba-tiba malas, siswa yang tiba-tiba lupa ngerjain PR, atau siswa terlambat datang ke sekolah. Padahal nun jauh di rumahnya, mungkin Vika harus mengurus segalanya sendiri di rumah sehingga telat sampai ke sekolah, begitu juga Ajeng. Dan Mirna, mungkin harus memandikan ayahnya dulu sebelum berangkat.
Harapan saya dan harapan kakak-kakak kelas. Semoga Vika, Ajeng dan Mirna tetap tabah, tetap semangat dan tetap bertahan di sekolah ini.

Sabtu, 24 Juli 2010

Membuat "negara ketjil di Kelas"



Seumuran aku menjadi "guru" perasaan baru ini aku jadi wali kelas. Dan itu aku alami sekarang menjadi wali kelas 7 di Madrasah tsanawiyah Attaqw 03 Bekasi. Padahal aku 15 tahun mengajar di sini. Kemarin2 memang gak pernah mau. Enggak tahu apa alasannya. Kesannya kaya "guru banget" kalo jadi wali kelas. Gimana tidak? Setiap hari wali kelas harus lebih dulu datang ke sekolah dibanding murid-muridnya, wali kelas harus kenal satu persatu murid-muridnya: tinggal dimana, siapa orang tuanya, paham beban
s psikologis anak,menghias ruang kelas, menulis raport, dan yang paling penting jadi contoh yang baik untuk semua murid-muridnya.
Aku merasa jauh dari kesan guru ideal, belum bisa kasih contoh yang baik, misalnya akau belum bisa memungut sampah ketika sampah itu ada di depan ketika saya sedang berjalan. Selama ini masih sering perintah-perintah ke murid suruh ini suruh itu.
Pas aku jadi wali kelas, aku berusaha memberi contoh: aku memungut sampah dan membuangnya di tong sampah, minta maaf ke murid kalau pas habis menghukumnya, menghias kelas dengan berbagai pajangan portofolio mereka dan berusaha disiplin duluan sebelum mendisplinkan mereka. Bersambung....

Selasa, 13 Juli 2010

PENGALAMAN ANAK PERTAMA SEKOLAH



Senin 12 Juli 2010 kemarin, perasaanku tidak karu-karuan, masalahnya jelas! Anak pertamaku "Billy" hari ini akan diumumkan masuk tidaknya di sekolah dasar negeri. Maklum harapan yang terlalu besarlah yang menjadi penyebabnya, aku ingin anakku bisa diterima sekolah di sana, tepatnya SDN Kaliabang Tengah III, sekolah yang lumayan pavorit untuk ukuran di kota saya.
Aku dan istriku berusaha berkomitmen akan menyurahkan seluruh perhatian untuk pendidikan anak-anakku, dimulai dari perlengkapan yang kecil-kecil sampai yang "lumayan" untuk kesiapan anakku belajar. Aku meyakini, perhatian orang tua lah yang sebenarnya mengawali anak-anak bisa senang belajar. Aku dan istri setiap saat selalu mengkondisikan anakku untuk "siap" belajar, dari mulai bercerita dan mencontohkan di depan anakku hobi membaca, bermain komputer dan menulis di blog.
Perasaan hati ini membumcah saat anakku diterima di SDN tersebut. Tidak terasa hatiku gerimis kegirangan, alhamdulillah.
Hari itu juga, aku buatkan akun anakku akan sebuah blog, namnya "billyahsan.blogspot.com". Aku berharap, suatu saat, anakku bisa merawat sendiri akan blognya itu. Sementara ini, akulah yang menulis postingannya dengan tema-tema keseharian yang anakku lakukan. Bersambung...