Minggu, 09 Desember 2012

SANTUNAN YATIM OLEH IKPISOLIMIN




Bekasi, Sabtu,8 Desember  2012, IKPISOLIMIN Foundation, menggelar  santunan sebagai tali asih kepada anak-anak yatim piatu di  Yayasan Darul Kirom, pimpinan KH. Kamaluddin Abjis di Kampung Raden Pondok Gede Bekasi. Kegiatan ini terlaksana dengan  didukung  alumni Attaqwa tahun 1990 yang tergabung dalam wah IKPISOLIMIN dan Bank Mandiri sebagai sponsor kegiatan.

Dalam sambutannya Ketua IKPISOLIMIN, H. Sirojuddin, mengajak semua kalangan untuk dapat membantu para kaum miskin, anak yatim piatu. Beliau juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan Alumni Attaqwa lulusan 1990 yang telah berpartisipasi membantu meringankan anak yatim. Kegiatan ini sebagi wujud nyata kepedulian kepada sesama dan untuk mempererat silaturahmi ukuwah islamiah. Kegiatan ini pantas kita lakukan  sebagai siar Islam. Yang tentunya sangat bermanfaat dan semoga mendapat ridho Allah SWT.

Ustadz Nasrullah Yusri dalam Tauziah mengatakan bahwa setiap upaya kebaikan di jalan Allah perlu terus didikung dan dilakukan secara masif, beliau juga mengatakan bahwa potensi para alumni attaqwa yang menyebar di mana-mana dan sudah berhasil dapat membantu orang-orang yang lebih membutuhkan, beliau juga berpesan bahwa barang siapa membantu anak yatim kelak di akhirat akan berdampingan seperti jari tengah dan jari telunjuk dengan rasulullah.


Hj. Fahria Zulfah, S.Pd.I salah seorang alumni attaqwa yang sempat hadir mengatakan bahwa ikpisolimin foundation akan terus berupaya melakukan kegiatan sosial sesering mungkin, agar banyak orang yang terbantu.

Jumat, 19 Oktober 2012

NEGARA KETJIL ITU BERNAMA : KELAS 8.3


Disini ada presiden, menteri-menteri dan rakyat  yang membayar pajak.  Selama 15 tahun berkarir di dunia pendidikan, baru 3 terakhir ini saya diberikan kesempatan jadi wali kelas, awalnya saya mengira jadi wali kelas tugasnya Cuma satu, yaitu menulis raport! Di tahun pertama mengemban tugas wali kelas, ternyata saya bisa belajar banyak hal, salah satunya adalah ketika sang “wali kelas” bertindak bak layaknya “kepala sekolah”, artinya wali kelas adalah embrio suatu saat nanti diberikan kesempatan menjadi kepala sekolah.
Ideologi yang selama ini terhambat untuk diterapkan di sekolah, bisa diterapkan di  lingkup yang lebih kecil, yaitu kelas. Sebagai wali kelas, saya mengasumsikan kelas itu ibarat sebuah negara yang dipimpin oleh ketua kelas sebagai presiden dibantu oleh menteri-menteri,  ada menteri keuangan, menteri  koperasi dan perdagangan, menteri komunikasi dan teknologi dan beberapa menteri lainnya. Agar negara bisa membangun, saya menerapkan pengenaan pajak yang besarnya telah ditentukan.  Saya selalu komunikasikan bahwa  dari uang pajak ini kita bisa membangun infrastruktur kelas dan fasilitas untuk keperluan publik. Misalnya membuat hiasan dinding kelas, membeli perlengkapan kebersihan, dan perlatan audio kelas.
Agar cadangan devisa negara bertambah, perlu dicarikan dana tambahan diluar pajak, akhirnya cara membuka warung menjadi pilihan, jumlah siswa yang membawa uang jajan adalah potensi yang perlu digarap, kalaulah rata-rata siswa membelanjakan uang jajannya perhari 3000 rupiah, berarti ada potensi keuntungan yang bisa didapat.  Dengan suntikan modal dari menteri keuangan, menteri perdangan mulai merancang jenis-jenis makanan apa saja yang paling banyak digemari, diadakanlah dengar pendapat untuk menerima usulan makanan dan minuman apa saja yang bisa dijual di kantin kelas. Berbekal modal dari menteri keuangan, menteri perdagangan dan staf nya berbelanja di agen makanan yang kebetulan jaraknya beberapa puluh meter dari sekolah (Pasar Babelan). Mereka menghitung modal dan harga jual yang layak, agar tertib saya minta mereka mencatatkannya di buku khusus, setiap akhir kelas mereka menghitung uang yang didapat dan langsung membelanjakannya untuk esok pagi.
Uniknya, barang dagangan itu tidak dijaga, staf bidang perdagangan hanya menyediakan toples bekas sosis yang dilubangi untuk tempat uang pembayaran, kalau memang siswa ingin uang kembalian, tinggal ambil sendiri di toples tersebut. Saya tidak menyebutnya kantin kejujuran, karena menyandang nama “kejujuran” terlalu berat. Sebagai Badan Usaha Milik Kelas (BUMK) yang seluruh sahamnya 100% dimiliki oleh seluruh siswa, maka setiap hari wajib setor keuntungan ke menteri keuangan untuk dijadikan devisa negara.
Untuk menghitung jumlah pembeli dan keuntungan disediakan buku catatan pembelian, setiap customer mencatatkan nama, barang yang dibeli dan uang yang dibelanjakan sebelum pembelian barang dilakukan. Dari catatan ini bisa dipantau sejauh mana ke-amanah-an staf koperasi dan bayer melakukan transaksi.
Menuju sebuah negara maju, tentu diperlukan rakyat yang cerdas ilmu dan cerdas spiritual. Untuk pengayaan spiritual , 15 menit setiap mengawali pelajaran jam pertama siswa dipandu membacakan kitab suci sebanyak 2 halaman. Di saat yang sama, siswa diharuskan membawa air mineral dari rumah/bisa dibeli di warung kelas, saat kitab suci dibacakan wadah-wadah air mineral itu harus dalam keadaan terbuka (Saya tidak tahu maksudnya mengapa jaman dahulu para dukun mengobati penyakit hanya dengan cara membaca doa-doa di gelas berisi air, kemudian air itu diminumkannya kepada sang pasien). Sampai suatu ketika saya membaca buku karangan Masaru Emoto, yang berjudul “Terapi Air/HADO”, melihat foto-foto hasil penelitiannya layak dicoba kebenarannya. Dalam keadaan terbuka, air mineral dalam kemasan ini seolah-olah mendengarkan ayat-ayat suci. Setelah tadarusan, mereka saya anjurkan meminum air yang diisi “ucapan-ucapan baik” tadi. Ya kalau tidak dapat kebaikannya, minimal dapat membasuh tenggorokan yang kering sehabis membaca ayat-ayat baik tadi.
Untuk memupuk rasa tenggang rasa, saya mengadakan sosial day, yaitu kegiatan berbagi makanan satu sama lain, kegiatan ini untuk mengasah rasa kepedulian siswa, siswa dibagi menjadi 2 kelompok, 1 kelompok diminggu pertama akan membagikan makanan kelompok 2, kelompok 2 juga akan melakukan hal sama di minggu berikutnya. Sebagai tahap awal mereka akan mencatatkan apa saja yang diberikan dan kepada siapa diberikan, nanti ketika—katakanlah—rasa ikhlasnya sudah mencapai grade 6 maka siswa tidak perlu mencatatkan apa saja yang sudah diberikan, pada grade 7 siswa tidak hanya memberikan kepada teman-teman sekelas tetapi juga  teman-teman dari kelas lain,  pada grade 8 mereka akan saya ajak menyambangi tempat-tempat berkumpulnya orang-orang penyandang  masalah sosial untuk berbagi. Poin dari kegiatan ini, tertanamnya rasa kepedulian pada sesama, rasa simpati dan empati dapat tumbuh secara bersamaan. Pola pendidikan semacam inilah yang sebenarnya yang dirindukan oleh siswa pelaku tawuran, pelaku bullying dan siswa yang diberi stigma negatif oleh guru.
Selama ini, di kelas mereka hanya dijejali segudang teori sebagaimanana yang dituntut kurikulum, murid harus menghabiskan target pencapaian kurikulum. Padahal sebenarnya titik pencapaiannya hanya terhenti pada nilai-nilai yang tinggi yang didapat siswa tapi memiliki jiwa yang gersang, tingkat kepedulian sampai pada titik nadir. Yang terjadi adalah, siswa menjadi cepat emosional, muncul kesenangan saat melakukan tindakan kekejian dan hilangnya rasa empati kepada orang lain.
Kembali ke negara kecil tadi, saya berharap dari upaya yang dilakukan di kelas, merupakan bentuk embrio saat sang murid nanti berkiprah di masyarakat. Mereka adalah bagian dari masyarakat yang harus ditumbuhkan sifat-sifat baiknya, dengan cara dilatih dan dipraktikkan setiap hari, setiap saat. Jaman sekarang ini, guru berlomba dengan pesatnya kemajuan teknologi, berlomba mencari cara-cara kreatif agar model pengajaran di kelas menjadi enak dan disenangi siswa. Itulah sebabnya, acara OVJ di Trans 7 kebanjiran iklan dan tetap eksis 5 tahun lebih, karena memiliki tim kreatif yang tangguh, tim ini bekerja sungguh-sungguh mencari bahan, ide, metode agar bahan lawakan (baca: pengajaran) menjadi tetap aptudet. Demikianpun guru, harus menempuh cara luar biasa dan kalau perlu menabrak kurikulum agar kue pendidikan yang disajikan di kelas tidak itu-itu saja. Saya sebut luar biasa, karena sebagian besar umumnya model pendidikan di kelas selalu menggunakan model verbal, guru dari awal sampai akhir menerangkan di depan kelas. Diperlukan, keinginan yang luar biasa untuk berubah.
Muara dari model yang saya terapkan di kelas ini adalah tumbuhnya pohon-pohon muda yang akar kejujurannya kuat mencengkaram ke dalam tanah kepribadian, ia tidak tumbang oleh angin godaan uang dan sejenisnya. Malah pohon muda yang tumbuh rindang bukan hanya meneduhkan diri dan keluarganya sendiri, tetapi juga bisa meneduhkan orang lain yang ingin berisitarahat di bawah rindangnya. Kelak ia akan menjadi pohon harapan, pohon kehidupan yang menghidupi banyak orang.

Jumat, 05 Oktober 2012

Siapa Pendosa Terbanyak itu?


Ada seorang kiyai yang ditanya muridnya.  “Pak Kiyai mana yang lebih besar dosanya orang yang melakukan hubungan intim di luar nikah dengan orang yang korupsi?” Sang kiyai menahan napas, kaget mendapat pertanyaan tersebut, pertanyaan ini ditujukankepada siapa? Sejurus kemudian sang kiyai bimbang memberi jawaban. Kalau ukuran di masyarakat, yang lebih heboh biasanya pilihan yang pertama, hubungan intim di luar nikah, semua sepakat menghujat perilaku tidak terpuji tersebut, pelakunya dikucilkan, dihinakan, di arak keliling kampung dan sebagainya. Nah, bagaimana dengan pilihan yang kedua? Tentang korupsi?
Sang kiyai, menarik napas kembali. Terlintas dibenaknya bahwa mental dia tidak lebih baik dari perilaku hubungan intim di luar nikah tadi, bunkankah dia sering menyelewengkan dana  pembangunan musholla, kadang juga menilep uang sumbangan jamaah musholla untuk tidak diberikan kepada anak-anak yatim?  Siapa yang lebih bersalah di hadapan gusti Allah? Bukankah pelaku hubungan intim tadi hanya dilakukan berdua, artinya dosanya hanya dia dan kepada gusti Allah semata. Sedangkan sang kiyai, berapa ratus anak yatim yang haknya terampas oleh ketamakan sang kiyai, berapa puluh jamaah mushollah yang yang dana sodakohnya tidak sampai kepada  yang berhak menerimanya? Mengapa penghormatan kepada sang kiyai seakan menutup dosa-dosa yang telah dilakukannya? Banyak orang yang sampai mencium tangan bolak-balik, memberi doa-doa kebaikan untuk sang kiyai.
Mungkin ilustrasi di atas hanya imajiner belaka. Tapi sesungguhnya, sepatutnya kita merasa bersalah, bukankah yang kita lakukan selama ini kita memberikan penghormatan berlebihan kepada topeng-topeng kemunafikan yang berjubahkan atribut kekiyai-an? Tidakkan kita mengkritisi bahwa apa yang telah dilakukan kiyai itu lebih membawa mudharat dibanding orang yang melakukan hubungan intim tadi? Terkadang untuk kesalahan orang lain kita mudah mengatakan bahwa dosanya yang dilakukannya sungguh lebih besar.
Melakukan hubungan intim di luar nikah tentu saja salah. Tapi dari dua kejadian tadi seharusnya kita bercermin bahwa apa yang telah kita lakukan selama ini tidak lebih baik dari mereka. Mungkin saja dua sejoli yang melakukan hal tidak terpuji tersebut merupakan bagian dari jamaah pengajiannya? Artinya selama ini pesan-pesan ceramahnya tidak dapat membuat orang lain menjadi baik. Ucapan-ucapan ceramah agamanya seakan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Bagaiamana mungkin menasihati orang jika dia sendirinya tidak melakukannya…………….

Sabtu, 29 September 2012

Model Pengajaran yang saya gunakan, bukan merupakan yang terbaik….


Menyadari bahwa profesi saya adalah tenaga pendidik, mau tidak mau saya harus menyukai profesi saya ini, terlebih melihat teman-teman guru (atau saya sendiri) kalau sudah mengajar lebih dari 15 tahun biasanya mulai timbul penyakit “malas” mengajar, padahal disadari atau tidak bahwa tidak ada pekerjaan lainnya selain mengajar.
Saya mulai memperkenalkan metodedologi-metodologi mengajar yang sedikit tidak biasa di kelas, saya mulai mengemas konten materi yang saya ajarkan dengan kemasan-kemasan yang menarik bagi siswa. Jadilah saya mencoba model pembelajaran seperti model pembelajaran berbasis masalah, role playing, role model, card short dan lainnya. Tujuan awalnya agar suasana belajar menjadi cair, murid dan guru sama-sama tergoda untuk saling aktif mengemukakan pendapat.
Dalam tugas membuat iklan mini misalnya di kelas IX, saya menugaskan setiap siswa untuk membuat iklan singkat untuk menawarkan suatu barang, kemudian siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan cara berhitung 1-5 kemduian diulang sampai jumlah siswa habis, setelah terbagi menjadi 5 kelompok (kemudian saya menyebutnya sebagai warung/toko), tugas iklan mini yang dikerjakan tiap siswa kemudian ditempelkan di koran bekas, setiap siswa harus menentukan seorang untuk menjadi penjaga tokonya, yang juga bertugas untuk “merayu” siswa dari kelompok lainnya untuk memberi nilai tinggi kepada setiap iklan yang ditempel di kelompoknya.
Siswa lainnya yang tidak bertugas sebagai penjaga warung/toko dibekali dengan potongan kartu kecil yang diberi angka 60,70,80,90, ketentuannya adalah setiap siswa harus membelanjakan kupon nilainya ke warung iklan selain kelompoknya sendiri, siswa diingatkan untuk lebih teliti membaca iklan-iklan yang akan dinilainya. Pada waktu yang ditentukan, semua siswa mulai bergerak ke sana-kemari untuk melihat iklan-iklan yang ditawarkan oleh kelompok lainnya. Di sinilah tugas penjaga toko/warung untuk mempromosikan bahwa iklan dikelompoknyalah yang paling bagus. Siswa membaca, menganalisis, membandingkan dan kemudian menempelkan kartu nilainya di sisi iklan yang paling disukainya.
Setelah semua kupon nilai siswa habis, maka semua anggota kelompoknya berkumpul di warung masing-masing untuk menjumlah nilai keseluruhan yang diperolehnya, kita boleh menyebutnya sebagai keuntungan warung yanng didapat.Logikanya, semakin menarik iklannya, semakin agresif  pelayan toko menawarkan barang, semakin bagus juga total kupon yang didapat.
Terakhir siswa membentuk lingkaran, kemudian guru memilih kelompok mana yang terlebih dahulu membacakan total nilai yang didapat dan memberi alasan mengapa iklan-iklan di tokonya paling banyak diberi nilai atau paling sedikit diberi nilai. Untuk memberi giliran kepada kelompok, guru bisa menggunakan tanda panah dari kertas yang diterbangkan ke depan siswa, saat tanda panah mengarah kepada salah seorang anggota kelompok, maka kelompoknyalah yang mendapat giliran tampil. Lumayan membuat siswa terhibur dengan penunjukkan model tanda panah ini.
Jika dikaitkan dengan model pendidikan karakter, saya mencatat sedikitnya ada 5 pendidikan karakter yang didapat: kerja sama, ketelitian, wirausaha, respect, olah raga (bergerak) dan tanggung jawab. Ketika kita menerapkan model dinamis dalam mengajar maka secara otomatis nilai-nilai karakter akan muncul dengan sendirinya. Karenanay saya bingung, ketika hanya menggunakan metode verbal semata, pencapaiannya karakter apa yang didapat?
Diam-diam, beberapa kali saya ajak guru-guru junior, malah beberapa orang bekas murid saya di sekolah ini, untuk team teaching bersama saya. Ada yang mau ada yang menolak secara halus. Bagi yang mau guru-guru muda tersebut saya berbagi pengalaman, bagaimana caranya agar kita sendiri sebagai guru bisa menemukan hal-hal baru dalam metode mengajar kita, target saya agar ada pergeseran sedikit demi sedikit dari yang melulu verbal dalam mengajar menjadi model yang lebih variatif. Syukurnya ada 1-2 guru muda yang mau diajak sharing, saya berharap yang muda-muda inilah yang seharusnya menjadi lokomotif perubahan dalam menerapkan model mengajar. Setelah team teaching saya tekankan bahwa model yang kita pakai nanti bukan merupakan model yang terbaik, model ini hanya membantu kita sendiri agar tidak selalu monoton dalam mengajar, juga membantu kita lebih mencintai siswa dan menimbulkan kerinduan untuk terus kembali ke kelas, esoknya lagi dan esoknya lagi….

Selasa, 25 September 2012

MENGAYUH SEPEDA, MENGAYUH KEHIDUPAN



(Mengayuh sepeda, mengayuh kehidupan)

(Menyongsong pagi dengan peluh)


Mungkin bukan karena alasan latah ikut-ikutan “bersepeda ke tempat kerja”, tapi memang sudah berniat lama ingin memaksa diri untuk berolahraga, sebelum-sebelumnya aku yang biasa mengitari komplek perumahan setiap habis subuh, sudah sejak puasa kemarin tidak melakukannya lagi, karena berbagai alasan tidak sempat (disamping alasan malas tentunya). Setelah dipilih-pilih jenis olah raga, akhirnya jatuh pada pilihan naik sepeda, alasannya sederhana: Pertama, kalau sudah sampai ke tempat tujuan dengan mengayuh sepeda, pasti pulangnya terpaksa naik sepeda juga. Kedua, saat aku mengendarai sepeda, kakiku dipaksa untuk terus mengayuh kalau ingin sepeda yang aku naiki tetap jalan, ini berarti sampainya aku ke tempat tujuan amat tergantung dari kemauanku mengayuh sepeda. Ada nilai filosofinya di sini, untuk menuju sebuah tujuan, maka usahakanlah dengan kemampuan dan potensi diri sendiri, sebab bukan orang lain yang mengantarkan kepada tujuan dan cita-cita sendiri, kalau bukan aku sendiri yang mengayuh kehidupanku sendiri.
Semakin keras dan semangat usahaku mengayuh sepeda, semakin dekat harapanku meraih cita-cita. Bukankah Tuhan selalu mengabulkan keinginan seseorang setelah Tuhan melihat kesungguhan dan kerja keras orang itu? Mengayuh sepeda, pastinya membuat fisik menjadi sehat. Kompas minggu menulis bahwa bersepeda setiap hari selama 30 menit dapat meningkatkan kolesterol baik (HDL) dalam darah. Jadi tidak dari sekarang anda bersepeda?
 (Bisa membawa alat mengajar di depan)
(Yang pasti tidak perlu isi bahan bakar euy....)

Sabtu, 08 September 2012

DARI BANDUNG KE BEKASI VIA PUNCAK

(Melihat kehidupan di jalan by pass Bandung)
(Malam hari di Jalan By Pass Bandung, nyaris 24 jam jalan ini selalu ramai, tapi hati-hati rata-rata pengendara di sini memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.)


(Di parkiran Balai Diklat Keagamaan Bandung, berfose dengan seorang teman peserta diklat (Pak Dudung) sebelum memulai perjalanan)



(Di jalan by pass Bandung, tepatnya di lampu merah samsat - Carefour, saat menunggu lampu berubah hijau aku sempatin hunting foto.)

Seperti yang sudah aku rencanakan kepulanganku ke Bekasi mengambil rute Cianjur-Puncak-Gadog-Sentul-Bekasi. Tepat jam 11.00 WIB setelah kegiatan penutupan Diklat (Bagi-bagi sertifikat dan bagi-bagi angpau tentunya), dengan mengucap bismillah aku pacu motorku melewati jalan by pass, aku membulatkan niat untuk melewati puncak dengan tujuan utama masjid atta awun, mungkin karena telah melewati jam berangkat kerja, perjalanan yang aku tempuh relatif lancar. Seperti halnya di Jakarta, jam-jam seperti inilah “rawan” razia polisi, benar saja sebelum memasuki padalarang di depan terlihat banyak polisi berseragam menghentikan banyak kendaraan di 2 arah, saking banyak banyaknya polisi yang merazia saya melihat di ujung-ujung jalan ada polisi yang berdiri satu-satu mungkin takut-takut kalau ada pengendara yang kabur. Aku paham betul para polisi mencari pengendara yang sudah merasa bersalah duluan, artinya dia tahu betul mana pengendara yang lengakap dan pengendara yang tidak lengakap surat-surat kendaraan, begitu mendekati kerumunan polisi motor aku pepet ke kiri, merapat ke bapak-bapak polisi, manjur, dari sekian banyak polisi tidak satupun yang mau melirik motorku, aku bebas melenggang puas he he he.

(Saat memasuki kota Cianjur aku dihadapkan pada penjual es Cincau yang mengundang selera, cukup 3000 perak kita dapat melepas dahaga)

Jam 12.57 kota Bandung Barat telah kulewati, di bawah gerbang Kota Cianjur aku berhenti sebentar sekadar membasahi tenggorokanku dengan segalas es cendol, tidak sampai 5 menit aku langsung melanjutkan perjalanan, aku mencatat di sekitar sini belasan bahkan puluhan tukang cendol  berjejer dengan menggelar gubuk menjajakan dagangannya, kesegaran es cincau cukup ditebus 3000 perak.
Melewati kota Cianjur aku disambut dengan kesejukan udaranya, meski bukan musim hujan, udara di kota ini terasa sejuk, enggak tahu kenapa seakan terngiang sebuah lagu berjudul “Semalam di Cianjur”, tapi aku tidak mau bermalam di Cianjur, karena rinduku dengan istri dan anak-anakku sudah membuncah. Jalanan beraspal mulus, membuat perjalanan menjadi begitu mengasyikkan, roda motorku boleh dikatakan tidak pernah menyentuh lobang sekalipun.
(Meski belum musim penghujan, tumbuhan di sekitar Cianjur tumbuh subur karena udaranya yang basah)


Jam 14.07 aku telah melewati kebun raya Cibodas dan sudah berada di tikungan berkelok-kelok ke arah puncak, di dekat Balai Besar Besar Kesehatan Ciloto ada insiden senggolan antara truk material dan mobil boks, tidak ada korban, aku lihat sopirnya sempat meminggirkan mobilnya masing-masing.
(Cek Poin Rindu Alam merupakan singgahan wajib para biker, rasanya belum ke puncak kalau tidak mampir di restoran rindu alam (Persisnya di parkiran restoran rindu alam)




(Dari atas sini, hijaunya kebun teh Puncak terlihat jelas)

Jam 14.17 menit kemudian aku sampai di cek point restoran rindu alam dan ikut memarkirkan motorku bersama-sama biker lainnya, 2 buah gemplong dan sebotol akua menemani istirahatku, dari ketinggian ini mataku bebas memandang kebun-kebun teh, inilah tempat “wajib” para biker beristirahat. Setelah puas memandang dan hunting foto aku melanjutkan perjalanan, dengan membayar ongkos parkir 2000 perak, dari puncak sini sudah terlihat kubah masjid atta awun.


Jam 14.33  aku sudah sampai di parkiran masjid  atta awun, di sini pun tampaknya merupakan perhentian wajib para biker (dan pengunjung lain tentunya), aku melepas kepenatan dengan segera mengambil air wudhu untuk segera sholat (Zuhur dan Ashar sekaligus), sepiring nasi goreng kambing menemani makan siangku, dari atas sini terlihat jelas jalan berkelok-kelok khas puncak, juga terlihat di kejauhan sana di atas bukit orang-orang sedang memacu adrenalinnya dengan kegiatan gantole-nya, aku berniat kapan-kapan bisa naik ke atas sana, aku lihat motor dan mobil bisa parkir di atas sana.
Jam 15.04 aku sudah menyerahkan karcis parkir masjid atta awun menuju Gadog, perjalanan pulang cenderung turun, terlihat kebun-kebun teh menyejukkan mata, tadinya aku ingin berhenti untuk  hunting foto, namun karena di perjalanan melewati Rainbow Hill Gof nanti cenderung sepi/jarang rumah aku membatalkan niatku, lagipula aku ingin sampai rumah sebelum magrib. 30 menit kemudian aku sudah sampai di mulut jalan Gadog, kalau dari arah Puncak sangat mudah dikenali, yaitu saat badan jalan dipecah menjadi 2 jalur.
Jam 15.37 perjalanan dari Gadog dilanjutkan, rute perjalanan inilah yang sempat aku buatkan peta-nya, aku pelajari sedikit rumit memang, karena banyak pecahan jalannya, kira-kira 6 menit perjalanan perhatikan ada pertigaan yang agak menjebak, kalau kita memacu motor lumayan kenceng, kita cenderung mengambil jalan lurus, seharusnya belok ke kanan, di sini saya sempat salah jalan untung buru-buru tanya, di sini pula, saat misalnya bensin kita tinggal 2 strip maka di sinilah kita mengisi bensin tambahan, sebab saya mencatat di depan nanti rasanya sudah tidak ada lagi penjual bensin eceran.
Rute Rainbow Hill Golf ini relatif sepi dan jalannya berkelok-kelok, naik turun, sepertinya sih kawasan ini merupakan kawasan dengan satu pemilik yang akan dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan wisata, kalau untuk malam hari saya tidak merekomendasikan anda untuk melewati jalan ini, apalagi sendirian. Tapi sebenarnya, asyik juga melewati jalan ini di kiri-kanan ada lembah-lembah yang menantang untuk dihunting fotonya, aku coba menahan diri karena terbatasnya waktu.
Sebelum keluar kawasan Rainbow Hill Golf (Bukit Pelangi Golf) kita dihadapkan pada jalan Bulevard di kiri kanan ada pohonan berjejer, di sini motor tanpa di gas pun akan berpacu cepat, karena jalannya lurus dan menurun, wuih asyik banget, beberapa kali saya lepas tangan.
Jam 16.30 Rute sentul-Citeurep-Cilengsi telah kulewati, sebaiknya kita mengambil rute pabrik Holcim lalu menuju Cilengsi sebab jalannya lebih mulus dibanding mengambil jalan Mercedes Benz yang rusak dan berlubang.
Jam 17.42 aku sudah sampai di alun-alun Bekasi, artinya 30 menit kemudian, insya Alloh, aku sampai di rumah, setelah membeli sesuatu untuk di bawa pulang, aku sampai di tengah-tengah kehangatan keluargaku. Peluk cium istri dan anakku menambah kelengkapan kebahagianku.Jadi ingin touring lagi, kemana ya?

Jumat, 31 Agustus 2012

Bersama, mendongkrak kualitas madrasah.




Gembira rasanya melihat antusias peserta pendidikan dan latihan guru madrasah di Balai Diklat Keagamaan Bandung ini, mereka memiliki semangat dan kemauan berubah, dua kunci ini menjadi pembuka kejumudan dunia madrasah.
Berbekal pengetahuan dan latihan yang didapat, wawasan mereka bertambah dan terus bertambah setiap hari, apalagi sering diadakan sesi sharing pengalaman mengajar dan mengelola madrasah antarpeserta. Pengalaman berbagi ini menjadi jawaban atas kekurangan informasi dan bahan pengajaran, tidak sedikit diantara peserta yang saling membagikan file materi pembelajaran dan film dan tayangan materi 


pembelajaran, disamping materi yang didapat dari para nara sumber atau lebih tepatnya dari widya iswara.

Selasa, 28 Agustus 2012

Pengalaman Pertama Mengendarai Motor Ke Bandung

(Jam 05.45 WIB: Berangkat dari rumah Melewati  Kampung Pulo Babelan)
(Jam : 07.07 WIB: Pertigaan Kosambi Karawang belok kanan/selatan ke arah Bandung Lewat Purwakarta)

(Jam 07.39: Melewati Taman Makam Pahlawan Purwakarta)

(Jam 08.03 WIB: Aspal mulus di daerah Purawkarta ke arah Cikalong Wetan)

(Jam 08.33 WIB: Memasuki daerah perbukitan di daerah Cikalong Wetan)
(Jalan mulus berkelok dan naik turun bisa memacu adrenalin)
(Jam 08.47 WIB: Melewati perkebunan teh di daerah Cikalong Wetan)


(Jam 08.56 WIB:Melewati Jembatan Kereta api, sayang keretanya pas lagi tidak lewat)

(Jam 09.20: Memasuki daerah Padalarang Bandung barat, sebelah kanan menuju arah puncak Cipanas)
(Jam 10.00 WIB: Memasuki Ujung Jalan by pass Bandung)
(Jam 10.43 WIB: Tiba di gedung Balai Diklat Keagamaan Bandung)



Selasa,28 September 2012. Tepat jam 05.30 WIB saya berangkat dari rumah di utara Bekasi menuju Bandung, segala sesuatunya sudah saya persiapkan: seperti mengganti ban belakang motor dengan yang baru, servis rutin dan ganti,serta tidak lupa membuka-buka google earth untuk mencari rute-rute terdekat menuju Bandung. Saya sangat diuntungkan oleh cerita teman-teman yang baru saja pulang kampung ke Garut menggunakan motor. Dari cerita-cerita mereka saya memiliki gambaran bahwa ke Bandung itu lebih dekat dibanding ke Garut atau Ciamis atau ke Cirebon barangkali.
Dilepas dengan peluk cium anak-istri saya berangkat melewati jalan Babelan-Tambelang-Cikarang Barat-Tembus di jalan utama, terus saja melewati Kabupaten Karawang, saya mencatat pemda Karawang betapa serius membangun sekolah-sekolah bagus yang letaknya di pinggir kiri kanan jalan.
Tepat 1 jam setengah jam saya tiba di pertigaan Kosambi, ada petunjuk arah yang menunjukkan jalan alternatif menuju Bandung lewat Purwakarta, jalannya dengan aspasl beton, meski sedikit bergetar tapi relatif mulus, sebelumnya saat saya lihat peta google earth jalan menuju Purwakarta banyak pertigaannya membuat sedikit bingung, namun di lapangan ternyata lebih mudah, sebab jalan yang saya lewati menuju Purwakarta sangat besar saya tidak pernah berfikir belok kiri atau kanan, pokoknya lurus terus dan berfikir bahwa Bandung itu pasti ke arah Selatan.
30 menit kemudian saya tiba di jalan taman makam pahlawan Purwakarta. Perjalanan diteruskan ke arah selatan dan postur badan jalan yang sangat mulus, dengan kontur tanah yang naik turun dan berkelok menambah keasyikan berkendara, apalagi makin ke depan udara semakin sejuk karena sudah memasuki daerah pegunungan (tepatnya perbukitan). Saya inget pesan teman, sebelum memasuki perkebun teh atau kebun karet, usahakan menambah bahan bakar di pom bensin, itu saya lakukan pada jam 08.24 dengan menambah bensin Rp 10.000 an.
Perjalanan tambah mengasyikan melewati perkebunan teh di kiri kanan ditambah terpaan angin sejuk, saking asyiknya sampai saya lupa istrirahat untuk sarapan (tadi di rumah gak sempet sarapan).  Dengan kontur jalan berkelok-kelok dan mulus, saya menikmati tantangannya berkendara, saya pacu kendaraan di kecepatan 50-80 km/jam. Saya mendapati rel kereta yang melintasi perbukitan, hanya sayang sekali saya tidak bisa menunggu mengambil gambar saat kereta lewat.
Jam 09.20 Tiba di Padalarang, itu artinya sudah memasuki daerah Bandung, saya sudah lega, sekararang saatnya mencari makan siang (pagi), rumah makan padang Onanda menjadi pilihan saya. Satu paket makanan dengan laut ikan kakap saya tebus dengan 25 ribu sudah membuat saya kenyang, sambil makan saya coba lihat-lihat peta yang saya bawa dari rumah, posisi saya sekarang ternyata sudah mendekati pusat kota,tepatnya Jl. Amir Mahmud berarti beberapa menit lagi bakalan sampai ke jalan by pass, jalan di mana letak Balai Diklat Keagamaan Bandung tempat saya mengikuti pendidikan selama 10 hari kedepan.
Jam (10.00) saya sampai di ujung jalan by pass Bandung, justru di sinilah kendaraan saya sering berhenti karena lampu merah perempatannya lumayan banyak. Kurang lebih 43 menit saya tempuh dari ujung by pass sampai ke lokasi diklat.Akhirnya pada jam 10.43 saya tiba di lokasi dan langsung mendaftar menjadi peserta pelatihan guru MTs tingkat propinsi Jawa Barat.

Selasa, 13 Maret 2012

Tidak Semua Pengharapan dikabulkan Tuhan


Tidak semua pengharapan pasti dikabulkan, begitu juga dengan niat kejelekan tidak serta merta dikabulkan. Mengapa Tuhan seakan menjaga jarak kepada hamba-Nya, tidak misalnya, mengabulkan semua permintaan hamba-Nya. Tidak sedikit orang yang frustasi dan kelelahan berharap. Sebenarnya apa sih doa itu? Menengadahkan kedua tangan setiap selesai sholatkah? Merayu-rayu Tuhan dengan cara banyak membaca surah-surah tertentu?
Sejarah hidup orang-orang berhasil justru yang saya tahu dari penuturannya, adalah orang-orang yang menyedikitkan doa, justru memperbanyak kerja keras dan sungguh-sungguh. Menurut anggapannya bahwa Tuhan selalu mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik jika orang tersebut telah melakukan kerja keras yang nyata. Orang-orang seperti Ahmad Bakri, Yusuf Kala, Dahlan Iskan, Jacob Oetama dan lainnya adalah orang-orang pekerja keras. Sungguh Tuhan selalu mengganjar hamba-Nya itu setelah orang itu dilihat-Nya telah bekerja keras.
Jika kita berpikir bahwa Tuhan sangat mudah mengabulkan permintaan yang baik-baik dari hamba-Nya BERARTI Tuhan juga sangat mudah mengabulkan permintaan yang tidak baik-baik dari hamba-Nya. Penjelasannya begini, terkadang kita pernah marah sambil mengumpat “Samber gle*** luh!”  “Biar matinya ditabr** mobil luh”. Tapi selang beberapa hari kita baru menyesal ngomong begitu, masih untung tidak kejadian. Padahal orang yang kita umpat itu adalah orang-orang yang dekat sama kita. Coba kalau Tuhan selalu mengabulkan semua pengharapan, apa jadinya dunia ini. Artinya kalau Tuhan menyeleksi permintaan hamba-Nya yang “ngaco” berarti Tuhan juga menuyeleksi doa-doa hamba-Nya, mana yang buru-buru yang dikabulkan dan mana yang tidak dikabulkan belakangan.