Rabu, 15 Juni 2011

Berikhtiar Mencerdaskan anak

Sudah 3 hari ini anakku yang pertama sedang mengikuti ujian kenaikan kelas, sudah 3 malam pula istrik u dengan sabar dan ketegasannya melatih soal-soal materi pelajaran yang diujikan. Dalam kaitan ini saya mencoba melakukan ikhtiar sebagai berikut:
Pertama, saya membantu mengetikkan soal-soal ulangan harian dan mid semesternya nanti anakku diminta mengisi soal-soal yang ada didampingi ibunya. Kedua¸ menciptakan suasana yang kundusif diantaranya menyiapkan alat tulis, penghapus, memberlakukan jam malam (artinya dengan alasan apapun tidak boleh keluar rumah pada malam hari) dan yang lebih penting mengkondisikan suasana hatinya untuk selalu gembira dan tanpa tekanan.
Kami berharap anakku mendapatkan nilai yang wajar dan kami berupaya mendampinginya saat-saat seperti ini. Kami sebagai orang tua selalu punya keyakinan bahwa “Tidak ada sesuatu datang secara tiba-tiba, tanpa usaha”, karenanya kami berikhtiar semampu yang kami bisa. Kalaupun nanti nilainya tidak memuaskan itu soal lain, dalam hati kami pencapaian nilai bukan segala-galanya, tapi yang lebih penting adalah menyiapkan sarana dan kondisi agar tumbuh kesadaran anak untuk bisa belajar.
Untuk seorang siswa kelas 1 sekolah dasar, 10 mata pelajaran yang diujikan adalah lebih dari cukup, rasanya kami saja sebagai orang tua susah mengajarkan kesepuluh materi itu.
Sebagai perbandingan di kelas satu madrasah, setahu saya jumlah pelajarannya bisa dua kali lipat, pelajaran umum ditambah pelajaran-pelajaran agama. Pernahkah dipertimbangkan aspek psikologis dan sosiologis anak ketika baru seusia itu diperkenalkan pelajaran yang sangat banyak? Pada usia belia, anak mestinya dipernakalkan pada pelajaran-pelajaran dasar seperti membaca dan berhitung serta sedikit mengasah logika. Tapi entahlah, mungkin buat mereka “Lebih baik tahu banyak meski sedikit-sedikit daripada tahu secara mendalam pada pelajaran yang sedikit”.