Tidak semua pengharapan pasti dikabulkan, begitu juga dengan
niat kejelekan tidak serta merta dikabulkan. Mengapa Tuhan seakan menjaga jarak
kepada hamba-Nya, tidak misalnya, mengabulkan semua permintaan hamba-Nya. Tidak
sedikit orang yang frustasi dan kelelahan berharap. Sebenarnya apa sih doa itu?
Menengadahkan kedua tangan setiap selesai sholatkah? Merayu-rayu Tuhan dengan
cara banyak membaca surah-surah tertentu?
Sejarah hidup orang-orang berhasil justru yang saya tahu
dari penuturannya, adalah orang-orang yang menyedikitkan doa, justru
memperbanyak kerja keras dan sungguh-sungguh. Menurut anggapannya bahwa Tuhan
selalu mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik jika orang tersebut telah
melakukan kerja keras yang nyata. Orang-orang seperti Ahmad Bakri, Yusuf Kala,
Dahlan Iskan, Jacob Oetama dan lainnya adalah orang-orang pekerja keras.
Sungguh Tuhan selalu mengganjar hamba-Nya itu setelah orang itu dilihat-Nya
telah bekerja keras.
Jika kita berpikir bahwa Tuhan sangat mudah mengabulkan
permintaan yang baik-baik dari hamba-Nya BERARTI Tuhan juga sangat mudah
mengabulkan permintaan yang tidak baik-baik dari hamba-Nya. Penjelasannya begini,
terkadang kita pernah marah sambil mengumpat “Samber gle*** luh!” “Biar matinya ditabr** mobil luh”. Tapi
selang beberapa hari kita baru menyesal ngomong begitu, masih untung tidak
kejadian. Padahal orang yang kita umpat itu adalah orang-orang yang dekat sama
kita. Coba kalau Tuhan selalu mengabulkan semua pengharapan, apa jadinya dunia
ini. Artinya kalau Tuhan menyeleksi permintaan hamba-Nya yang “ngaco” berarti
Tuhan juga menuyeleksi doa-doa hamba-Nya, mana yang buru-buru yang dikabulkan
dan mana yang tidak dikabulkan belakangan.