Kamis, 12 Agustus 2010

Profesi yang saya takuti



Ya, profesi itu adalah profesi tukang ceramah, terlebih ceramah agama. Waktu tarawih malam ketiga, di masjid ada seorang penceramah yang kurang menarik dari sisi materi maupun penyampaiannya, kelebihan waktu. Ceritanya diberi waktu untuk kultum, kenyataannya 45 menit ceramah baru usai.
Sebenarnya, aku kasihan melihat dai macam tuh. Pertama ia kurang peka terhadap kondisi jamaah, kedua pada umumnya setiap orang itu kurang suka berlama-lama diceramahi (apalagi ceramahnya kurang menarik dan materi nasihat yang disampaikan mubalig itu sering tidak ia laksanakan sendiri).
Saya jadi inget gurauan seorang teman, seorang mubalig itu suka kurang "tahu diri", misalnya untuk berwasiat ia katakan "Usikum wa iyayya..." kurang lebih artinya "aku berwasiat kepada hadirin sekalian dan kepada diri saya sendiri..... Tapi ketika bicara keberkahan ia katakan "Barakallahi walakum..." semoga keberkahan Allah mampir kepadaku dan kepada hadirin sekalian. Kalau untuk urusan nasihat, orang lain dulu dinasehatin baru dirinya, kalau urusan berkat dirinya dulu diutamakan baru orang lain.... Saya enggak ngerti tata bahasa Arab, bisa kata-katanya dibalik?
Karena alasan itulah, saya pribadi, pernah berjanji tidak akan pernah mau memberikan ceramah, terlebih ceramah agama, kapanpun dan di manapun, sebelum, sekali lagi sebelum, saya sendiri, istri saya dan anak-anak saya sendiri telah melaksanakan apa yang saya akan ceramahkan. (kapan-kapan saya ingin banget bicara tentang ini lagi)