Jumat, 18 Maret 2011

Mengelola marah



Ada yang bilang marah itu mnimbulkan energi luar biasa. Contohnya saat lagi biasa terkadang orang males angkat2 meja dan kursi. Tapi saat lagi marah meja dan bangku yang berat itu seolah jadi ringan. Saat lagi biasa, seorang wanita terkadang malas mencuci piring, tapi kalau marah (tepatnya sebel) terkadang tanpa terasa piring yang dicuci selesai dicuci tanpa terasa.
Secara normal setiap orang pernah memiliki rasa marah, tapi ada ruang pelajaran yang bisa kita ambil dari rasa marah. Saat kita diminta untuk melakukan ini itu dengan diberi ancaman marah, kita jadi malas melakukan permintaan itu. Sikap permusuhan membuat kita menjauh. Yang timbul adalah sikap perlawanan dan melakukan kontra produktif. Singkatnya rasa permusuhan tidak dapat timbal balik dari apa yang kita harapkan.
Propaganda untuk memengaruhi orang lain tidak dapat dilakukan dengan kemarahan. Orang lain akan tunduk dan patuh secara palsu jika didahului dengan kemarahan. Begitu sikap kita ketika menghadapi murid, saya baru terpikir sikap marah kita kepada murid nyatanya tidak pernah membuat murid berubah. Semakin sering dimarahi semakin jadi perilakunya. Muncul didiri anak rasa tidak simpati dan sikap tidak percaya kepada gurunya. Kalau kata Tanri Abeng, sikap sebuah hubungan didasari atas saling ketidakpercayaan maka hubungan itu menjadi nihil adanya.
Sekarang bagaimana caranya membangun hubungan yang menimbulkan rasa saling percaya. Pertama, mungkin, harus kemauan membuka diri atas peran dan fungsinya masing-masing jangan saling mengintervensi pekerjaan, saling memuji dan mengritik secara sopan dan mungkin juga saling menahan diri untuk gampang emosi.