Senin, 04 April 2011

Belajar dari pehobi burung.



Minggu kemarin, saat mau pulang ke rumah, di marakash ada lomba kicau burung. Semua jenis burung dilombakan, murai, pentet, dan lain-lain (aku lupa jenis burung apa saja). Tapi yang aku mau diceritakan di sini adalah tentang sportif nya pehobi burung. Begini ceritanya, saat jenis burung dilombakan, masing-masing pehobi menaikkan sangkar burung di gantungan. Kemudian, para juri menilai burung-burung tersebut. Ada beberapa yang menarik dalam kegiatan ini, pertama tentang komposisi juri yang dinamakan juri “kicau burung” dan juri “kontrol”, tugas juri kicau mungkin semua orang sudah tahu. Tapi yang aku baru tahu adalah juri kontrol, juri ini berfungsi untuk mengatur dan memonitor juri-juri, apakah menjalankan tugasnya dengan adil atau tidak.
Hal yang menarik berikutnya, adalah tentang sportivitas para pemilik burung, saat juri sedang menilai burung-burung kesayangan mereka, para pemilik teriak-teriak agar juri juga mendengarkan burung mereka, ada suara sahut-sahutan mengatakan bahwa burungnyalah yang paling hebat, bahkan ada beberapa pemilik burung yang meliuk-liukan tangannya agar burungnya merespon, ada juga yang membawa peluit memancing burungnya berkicau.
Meski pemilik burung bersuara riuh, namun juri tetap terpengaruh dan tetap serius mengamati burung-burung yang ada. Menurutku hebat juga para juri burung ini, sebab jarak antara sangkar tidak lebih dari satu meter, hebatnya para juri bisa membedakan burung mana yang sedang berkicau, rumitnya menurutku ada burung pada saat berkicau malah mulutnya tidak terbuka. Tapi bagi seorang juri profesional, mereka sudah tahu burung-burung mana saja yang paling favorit.
Ketika penjurian selesai, para juri mengambil 2 bendera, merah dan biru, yang paling banyak ditancapkan bendera merah maka burung itulah yang akan menjadi juaranya. Pas begitu juri masing-masing meletakkan benderanya, dengan sportifnya tanpa ada suara-suara protes, tanpa suara ketidakpuasan masing-masing pemilik burung menurunkan burungnya. Sunyi sekali dan tidak ada nada protes sama sekali. Tidak ada pemilik burung yang ngotot sekali ingin menang. Kalah menang itu biasa, “Wah, pak namanya juga hobi, tidak ada gontok-gontokan, yang penting kalau sudah mendengar suara burung, entah burung siapa saja, rasa stress menjadi hilang”, begitu kata salah seorang pemilik burung saat aku wawancarai.
Pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini adalah menang atau kalau dalam pertandingan adalah biasa, kedepankan sikap sportivitas, pada pertandingan lomba burung ini menang bukan tujuan yang penting kebersamaan. Kapankah kita bisa mencontoh mereka?