Sabtu, 14 Mei 2011

Jangan mengajarkan semua yang engkau ketahui, tapi ketahuilah semua yang engkau ajarkan!




Saya sering bergurau di depan siswa saat berada di kelas. “Nanti di tengah-tengah saya mengajar, terus ada kata-kata dari saya yang berisi nasehat tolong segera diinterupsi ya?” Jika ditanya siswa alasannya, saya mengatakan “Dulu saya pernah menjadi siswa seperti kamu, pada waktu itu saya sebel banget dari jam pertama sampai bel pulang semua guru kerjaannya nasehatin melulu, padahal dari sederet nasehat mereka (saya tahu) ada nasehat yang guru sendiri tidak menjalaninya. Terus apa hubungannya dengan interupsi tadi?
Dalam banyak hal saya tidak terlalu baik untuk ukuran seorang guru, karena saya menahan diri untuk tidak mengumbar nasehat kepada murid-murid saya. Saya memilih-memilih nasehat yang kira-kira saya sendiri menjalaninya, mengingat hanya sedikit yang saya jalanin, maka hanya sedikit yang saya nasehatin.
Tapi kalau dipikir-pikir lucu juga emang. Kenapa ya secara alamiah setiap orang punya naluri untuk “gatel” memberi nasehat.. Dan kadang-kadang materi nasehatnya seperti iklan obat yang diulang-ulang, itu lagi-itu lagi. Basi.
Terus kalau tidak memberi nasehat, mau ngapain lagi di kelas? Nah itu saya juga bingung. Padahal saya tidak terlalu percaya diri mengampu mata pelajaran yang saya ajarkan, buktinya nilai-nilai siswa kelas 9 yang saya ajarkan mayoritas nilainya di bawah nilai kelulusan. He he he. Saya saya juga bingung, setiap tahun selalu begitu, bahkan belakangan beberapa siswa harus mengulang UN mata pelajaran yang saya ampu. Padahal saat saya lihat soalnya, mayoritas soalnya sudah pernah saya ajarkan di kelas dan saat pengayaan materi.
Nah, kalo begitu berarti saya butuh nasehat agar saya bisa pintar dalam mengajar, siapa ya yang berminat? Mungkin anda?