Sabtu, 08 September 2012

DARI BANDUNG KE BEKASI VIA PUNCAK

(Melihat kehidupan di jalan by pass Bandung)
(Malam hari di Jalan By Pass Bandung, nyaris 24 jam jalan ini selalu ramai, tapi hati-hati rata-rata pengendara di sini memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi.)


(Di parkiran Balai Diklat Keagamaan Bandung, berfose dengan seorang teman peserta diklat (Pak Dudung) sebelum memulai perjalanan)



(Di jalan by pass Bandung, tepatnya di lampu merah samsat - Carefour, saat menunggu lampu berubah hijau aku sempatin hunting foto.)

Seperti yang sudah aku rencanakan kepulanganku ke Bekasi mengambil rute Cianjur-Puncak-Gadog-Sentul-Bekasi. Tepat jam 11.00 WIB setelah kegiatan penutupan Diklat (Bagi-bagi sertifikat dan bagi-bagi angpau tentunya), dengan mengucap bismillah aku pacu motorku melewati jalan by pass, aku membulatkan niat untuk melewati puncak dengan tujuan utama masjid atta awun, mungkin karena telah melewati jam berangkat kerja, perjalanan yang aku tempuh relatif lancar. Seperti halnya di Jakarta, jam-jam seperti inilah “rawan” razia polisi, benar saja sebelum memasuki padalarang di depan terlihat banyak polisi berseragam menghentikan banyak kendaraan di 2 arah, saking banyak banyaknya polisi yang merazia saya melihat di ujung-ujung jalan ada polisi yang berdiri satu-satu mungkin takut-takut kalau ada pengendara yang kabur. Aku paham betul para polisi mencari pengendara yang sudah merasa bersalah duluan, artinya dia tahu betul mana pengendara yang lengakap dan pengendara yang tidak lengakap surat-surat kendaraan, begitu mendekati kerumunan polisi motor aku pepet ke kiri, merapat ke bapak-bapak polisi, manjur, dari sekian banyak polisi tidak satupun yang mau melirik motorku, aku bebas melenggang puas he he he.

(Saat memasuki kota Cianjur aku dihadapkan pada penjual es Cincau yang mengundang selera, cukup 3000 perak kita dapat melepas dahaga)

Jam 12.57 kota Bandung Barat telah kulewati, di bawah gerbang Kota Cianjur aku berhenti sebentar sekadar membasahi tenggorokanku dengan segalas es cendol, tidak sampai 5 menit aku langsung melanjutkan perjalanan, aku mencatat di sekitar sini belasan bahkan puluhan tukang cendol  berjejer dengan menggelar gubuk menjajakan dagangannya, kesegaran es cincau cukup ditebus 3000 perak.
Melewati kota Cianjur aku disambut dengan kesejukan udaranya, meski bukan musim hujan, udara di kota ini terasa sejuk, enggak tahu kenapa seakan terngiang sebuah lagu berjudul “Semalam di Cianjur”, tapi aku tidak mau bermalam di Cianjur, karena rinduku dengan istri dan anak-anakku sudah membuncah. Jalanan beraspal mulus, membuat perjalanan menjadi begitu mengasyikkan, roda motorku boleh dikatakan tidak pernah menyentuh lobang sekalipun.
(Meski belum musim penghujan, tumbuhan di sekitar Cianjur tumbuh subur karena udaranya yang basah)


Jam 14.07 aku telah melewati kebun raya Cibodas dan sudah berada di tikungan berkelok-kelok ke arah puncak, di dekat Balai Besar Besar Kesehatan Ciloto ada insiden senggolan antara truk material dan mobil boks, tidak ada korban, aku lihat sopirnya sempat meminggirkan mobilnya masing-masing.
(Cek Poin Rindu Alam merupakan singgahan wajib para biker, rasanya belum ke puncak kalau tidak mampir di restoran rindu alam (Persisnya di parkiran restoran rindu alam)




(Dari atas sini, hijaunya kebun teh Puncak terlihat jelas)

Jam 14.17 menit kemudian aku sampai di cek point restoran rindu alam dan ikut memarkirkan motorku bersama-sama biker lainnya, 2 buah gemplong dan sebotol akua menemani istirahatku, dari ketinggian ini mataku bebas memandang kebun-kebun teh, inilah tempat “wajib” para biker beristirahat. Setelah puas memandang dan hunting foto aku melanjutkan perjalanan, dengan membayar ongkos parkir 2000 perak, dari puncak sini sudah terlihat kubah masjid atta awun.


Jam 14.33  aku sudah sampai di parkiran masjid  atta awun, di sini pun tampaknya merupakan perhentian wajib para biker (dan pengunjung lain tentunya), aku melepas kepenatan dengan segera mengambil air wudhu untuk segera sholat (Zuhur dan Ashar sekaligus), sepiring nasi goreng kambing menemani makan siangku, dari atas sini terlihat jelas jalan berkelok-kelok khas puncak, juga terlihat di kejauhan sana di atas bukit orang-orang sedang memacu adrenalinnya dengan kegiatan gantole-nya, aku berniat kapan-kapan bisa naik ke atas sana, aku lihat motor dan mobil bisa parkir di atas sana.
Jam 15.04 aku sudah menyerahkan karcis parkir masjid atta awun menuju Gadog, perjalanan pulang cenderung turun, terlihat kebun-kebun teh menyejukkan mata, tadinya aku ingin berhenti untuk  hunting foto, namun karena di perjalanan melewati Rainbow Hill Gof nanti cenderung sepi/jarang rumah aku membatalkan niatku, lagipula aku ingin sampai rumah sebelum magrib. 30 menit kemudian aku sudah sampai di mulut jalan Gadog, kalau dari arah Puncak sangat mudah dikenali, yaitu saat badan jalan dipecah menjadi 2 jalur.
Jam 15.37 perjalanan dari Gadog dilanjutkan, rute perjalanan inilah yang sempat aku buatkan peta-nya, aku pelajari sedikit rumit memang, karena banyak pecahan jalannya, kira-kira 6 menit perjalanan perhatikan ada pertigaan yang agak menjebak, kalau kita memacu motor lumayan kenceng, kita cenderung mengambil jalan lurus, seharusnya belok ke kanan, di sini saya sempat salah jalan untung buru-buru tanya, di sini pula, saat misalnya bensin kita tinggal 2 strip maka di sinilah kita mengisi bensin tambahan, sebab saya mencatat di depan nanti rasanya sudah tidak ada lagi penjual bensin eceran.
Rute Rainbow Hill Golf ini relatif sepi dan jalannya berkelok-kelok, naik turun, sepertinya sih kawasan ini merupakan kawasan dengan satu pemilik yang akan dikembangkan menjadi kawasan perumahan dan wisata, kalau untuk malam hari saya tidak merekomendasikan anda untuk melewati jalan ini, apalagi sendirian. Tapi sebenarnya, asyik juga melewati jalan ini di kiri-kanan ada lembah-lembah yang menantang untuk dihunting fotonya, aku coba menahan diri karena terbatasnya waktu.
Sebelum keluar kawasan Rainbow Hill Golf (Bukit Pelangi Golf) kita dihadapkan pada jalan Bulevard di kiri kanan ada pohonan berjejer, di sini motor tanpa di gas pun akan berpacu cepat, karena jalannya lurus dan menurun, wuih asyik banget, beberapa kali saya lepas tangan.
Jam 16.30 Rute sentul-Citeurep-Cilengsi telah kulewati, sebaiknya kita mengambil rute pabrik Holcim lalu menuju Cilengsi sebab jalannya lebih mulus dibanding mengambil jalan Mercedes Benz yang rusak dan berlubang.
Jam 17.42 aku sudah sampai di alun-alun Bekasi, artinya 30 menit kemudian, insya Alloh, aku sampai di rumah, setelah membeli sesuatu untuk di bawa pulang, aku sampai di tengah-tengah kehangatan keluargaku. Peluk cium istri dan anakku menambah kelengkapan kebahagianku.Jadi ingin touring lagi, kemana ya?