(Mengayuh sepeda, mengayuh kehidupan)
(Menyongsong pagi dengan peluh)
Mungkin bukan karena alasan latah ikut-ikutan “bersepeda ke
tempat kerja”, tapi memang sudah berniat lama ingin memaksa diri untuk
berolahraga, sebelum-sebelumnya aku yang biasa mengitari komplek perumahan
setiap habis subuh, sudah sejak puasa kemarin tidak melakukannya lagi, karena
berbagai alasan tidak sempat (disamping alasan malas tentunya). Setelah
dipilih-pilih jenis olah raga, akhirnya jatuh pada pilihan naik sepeda,
alasannya sederhana: Pertama, kalau sudah sampai ke tempat tujuan dengan
mengayuh sepeda, pasti pulangnya terpaksa naik sepeda juga. Kedua, saat aku
mengendarai sepeda, kakiku dipaksa untuk terus mengayuh kalau ingin sepeda yang
aku naiki tetap jalan, ini berarti sampainya aku ke tempat tujuan amat tergantung
dari kemauanku mengayuh sepeda. Ada nilai filosofinya di sini, untuk menuju
sebuah tujuan, maka usahakanlah dengan kemampuan dan potensi diri sendiri,
sebab bukan orang lain yang mengantarkan kepada tujuan dan cita-cita sendiri,
kalau bukan aku sendiri yang mengayuh kehidupanku sendiri.
Semakin keras dan semangat usahaku mengayuh sepeda, semakin
dekat harapanku meraih cita-cita. Bukankah Tuhan selalu mengabulkan keinginan
seseorang setelah Tuhan melihat kesungguhan dan kerja keras orang itu? Mengayuh
sepeda, pastinya membuat fisik menjadi sehat. Kompas minggu menulis bahwa
bersepeda setiap hari selama 30 menit dapat meningkatkan kolesterol baik (HDL) dalam
darah. Jadi tidak dari sekarang anda bersepeda?
(Bisa membawa alat mengajar di depan)
(Yang pasti tidak perlu isi bahan bakar euy....)