Sabtu, 21 Agustus 2010

Mobil mewah juru dakwah berketurunan Arab



Dua kali saya merasa kurang sreg dengan cara dakwah 2 pria berketurunan Arab, dua-duanya menghadirkan sisi "kemewahan" yang berlebihan pada saat menyampaikan dakwahnya. Dulu saya beranggapan, mungkin hanya juru dakwah perempuan saja yang kadang suka pamer saat berceramah, dengan pakaian sutra yang bagus-bagus dan gemerincing kalung dan gelang yang (tampaknya) sengaja dipakai di luar baju.
Ternyata, saya juga menemukan ada juru dakwah pria yang berperilaku sangat menjaga jarak dengan umatnya. Saya menyoroti sisi kendaraannya saja, misalnya kedua juru dakwah yang saya temui sama-sama mengendarai mobil mewah dengan nomor mobil yang sengaja dicari nomor daerah yang sesuai dengan inisialnya. Kabarnya sang ustaz rela membayar puluhan juta hanya untuk mencari nomor kendaraan yang sesuai dengan nama panggilannya.
Sampai di sini mungkin tidak ada yang salah. Tapi kok, buat saya sendiri malah tambah kuat meyakini makna sebuah ayat yang artinya "Kaburo maqtan....Tuhan akan benci kepada seseorang karena dia tidak melaksanakan apa yang telah dia nasehatkan untuk orang lain" kira-kira begitu artinya (maaf kalau kurang tepat).
Manalah mungkin dakwahnya mengena, dalam arti umat akan berubah kalau si pendakwah sendiri belum tentu melaksanakan yang telah dia dakwahkan kepada orang lain. Beberapa tahun lalu, suatu kali dalam sebuah acara keagamaan kami mengundang kiyai muda yang sering tampil di TV, saat mobil mercy nya masuk ke halaman sekolah kami, bawah mobilnya mentok gundukan jembatan yang agak tinggi, di saksikan saya sang kiyai memaki-maki asistennya yang katanya diam saja melihat mobilnya mentok gundukan tersebut.
Saya tidak habis mengerti tentang perilaku para juru dakwah seperti itu dan sama tidak mengertinya ketika masyarakat yang "manggil" seorang juru dakwah hanya karena pertimbangan bisa bahwa juru dakwah itu pintar humor dan terkenal saja. Mungkin saja saya keliru beranggapan, bahwa betapa seringnya para pendakwah ceramah kemana-mana kalau dia sendiri tidak melaksanakan apa yang ia dakwahkan, dakwahnya itu tidak bisa mengubah apa-apa. Dakwah tetap dakwah, kemungkaran di masyarakat jalan terus.
Saya jadi semakin takut untuk menasehatkan orang lain, saya berusaha memberi nasehatkan apa yang telah saya kerjakan saja, tidak lebih dari itu.