Jumat, 06 Agustus 2010

Tahu berformalin dan anak kecil yang mengamuk




Sebenarnya judul di atas tidak hubungannya, hanya kaitan waktunya saja yang bersamaan. Ceritanya begini: Pagi tadi waktu makan (kalo jam 9.30 pagi pa siang sih?) di warung Bona pasar Babelan, di sebelah warung saya sempat menyaksikan tukang tahu yang menuangkan sejenis bahan pengawet ke dalam wadah berisi tahu, setelah dituangkan tumpukan wadah itu diiket kerubungi terpal dan diiket menggunakan karet. Saya sempet tanya sama yang punya warung, bahwa bahan pegawet itu untuk menjada jangan sampai tahunya rusak, sebab tahu yang dijual hari ini tidak habis. Berarti tahu yang besok dijual kalo tidak habis juga, maka akan terus dituangin bahan pengawet dong?
Analisa saya mengatakan begini: Pertama, saya harus membeli tahu ke tukang yang menjual tahunya yang langsung habis hari itu juga, yang tidak menyimpan tahunya untuk hari esoknya. Kedua, tahu yang saya sering makan jangan-jangan adalah tahu yang sudah diberi pengawet? Lalu dimana tanggung jawab moral buat si pedagang?
He he he, jangan bicara moral kepada si pedagang kecil. Buat mereka yang penting tahu itu besok dan besok lagi bisa dijual, urusan pakai bahan pengawet atau tidak bukan urusan si pedagang kecil itu.
Trus apa hubungannya dengan anak kecil menangis? Saya melihat si abang tukang tahu sedang merapikan kotak-kotak penyimpanan tahunya, tiba-tiba di sebelahnya anak kecil usia 5 tahunan sedang menangis sambil menendang-nendang meja, menangisnya luar biasa kerasnya sambil menendang-nendang kiri kanan. Kata si punya warung nasi katanya anak kecil itu memang suka menangis seperti itu kalo kemaunnya tidak diturutin.
Hubungannya jelas, saya baru tahu tukang tahu menuangkan bahan pengawet dan anak kecil suka ngambek dari cerita tukang nasi yang saya beli itu. Artinya cerita tukang tahu dan anak kecil, saya dapat ceritanya dari tukang nasi tempat saya biasa makan sehabis istirahat mengajar.